Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada ciptaan manusia yang sempurna, karena pada dasarnya manusia sendiri tidaklah sempurna. Namun karena ketidaksempurnaannya itulah manusia mampu berkembang untuk lebih baik. Demikian halnya juga dengan pengukuran, yang mana pasti terdapat nilai ralat kesalahannya. Langkah pertama yang harus disadari adalah mempelajari apa saja jenis kesalahannya dan berusaha menguranginya. Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena beberapa sebab dan pada umumnya dibagi dalam tiga jenis utama yakni:
- Kesalahan umum (gross-errors), merupakan kesalahan pengukuran yang kebanyakan disebabkan oleh manusia, seperti kesalahan pembacaan nilai pada alat ukur, kesalahan setting, pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan penaksiran.
- Kesalahan sistemik (systemic errors), merupakan kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan sistem instrumen pengukur variable tersebut. Bisa dikarenakan kualitas yang kurang memadai atau instrumen tersebut mengalami kerusakan.
- Kesalahan yang tidak disengaja (random errors), merupakan kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh penyebab tidak langsung dari lingkungan yang mana mengakibatkan parameter sistem berubah.
Dalam pelaporan nilai terukur menggunakan aturan satu angka penting untuk nilai ralatnya. Serta aturan pembulatan sebagai berikut ini:
- Nilai ralat yang kurang dari setengah akan dibulatkan kebawah, semisal 4,3 kemudian akan dibulatkan menjadi 4,0.
- Nilai ralat yang lebih dari setengah akan dibulatkan keatas, semisal 4,7 kemudian akan dibulatkan menjadi 5,0.
- Nilai ralat yang sama dengan setengah akan dibulatkan ke nilai genap terdekat, semisal 3,5 dibulatkan ke genap terdekat yakni menjadi 4,0. Sedangkan 2,5 dibulatkan ke genap terdekat menjadi 2,0.