Belajar Memahami Prinsip Dasar Aikido


Tahap Memahami Aiki


Aiki no Kokoro
Tahap pertama dan paling utama dalam memahami Aiki adalah seseorang harus berusaha mengetahui, mengerti jiwa dari Aiki dalam hatinya.

Aiki no Genri
Seseorang harus berusaha mengetahui, mengerti, dan menerapkan prinsip-prinsip Aiki.

Aiki no Waza
Seseorang harus menempa jiwa dan prinsip-prinsip Aiki melalui latihan teknik Aiki.

Aiki no Chikara
Dari hasil penempaan dirinya, seseorang akan merasakan adanya kekuatan dari Aiki itu sendiri.

Aiki no Seishin
Aiki yang sebenarnya, dimana Aiki sudah terwujudkan dalam setiap langkah dan perbuatan di keseharian.

Prinsip Dasar Aiki (Aiki no Genri)


Fudo Genri (Immovable Principles)
Prinsip untuk menyatukan pikiran, hati, dan tubuh. Ini adalah prinsip dasar yang pertama harus dilatih, di dalamnya ada 4 hal penting yakni.
  • Selalu berkonsentrasi pada seika tanden
  • Selalu menjaga keadaan pikiran, hati, dan tubuh tidak tegang
  • Manifestasikan Ki dalam setiap perbuatan
  • Menjaga Mu Shin.

Kihon Genri (Basic Principles)
Prinsip dasar dalam gerakan ini adalah prinsip yang mendasari cara bergerak yang baik sesuai hukum Aiki.
  • Chushin, garis pusat, segala sesuatu untuk dapat seimbang dan bergerak dengan baik harus memiliki garis pusat, dan bergerak dengan menjadikan garis pusatnya sendiri sebagai patokan.
  • Shu Chu, fokus, proyeksi pikiran dan keyakinan hati dibutuhkan untuk dapat menggerakan bukan hanya badan fisik tapi juga energi.
  • Kokyu, keselarasan nafas, sebagai penghubung antara badan fisik dan energi seseorang, untuk dapat bergerak sebagai satu kesatuan yang kokoh, haruslah diperhatikan keselarasan antara gerak fisik dengan konsumsi energi sehingga gerakan dapat lebih efektif dan efisien.
  • Enshin, gerakan melingkar, semua gerakan yang dilakukan haruslah secara esensial berbentuk lingkaran, lingkaran adalah gerakan alamiah yang sangat efisien dan meminimalisir benturan.

Aiki Genri
Prinsip dasar keselarasan energi. Ini adalah prinsip yang mendasari proses penyelarasan harmonisasi yang harus dilakukan pada saat menghadapi benturan.
  • Awase, penyatuan hubungan (blending), sebuah keharmonisan diawali oleh proses penyatuan, sesuatu belum dapat dibilang selaras atau harmonis dengan yang sesuatu yang lain selama belum terdapat hubungan yang menyatakan bahwa kedua hal tersebut adalah sebuah kesatuan.
  • Musubi, keterikatan (connection), tahap kedua dari proses penyelarasan atau harmonisasi adalah munculnya keterikatan satu sama lain, sehingga aksi dari satu pihak akan berakibat reaksi dari pihak lain.
  • Nagare, mengalir tanpa hambatan, tahap berikutnya adalah penyatuan dan keterikatan dari pihak-pihak yang sedang berinteraksi menghasilkan sebuah interaksi yang sinergis sehingga, keseluruhan komponen yang telah menjadi satu kesatuan tersebut, bergerak layaknya sebuah sistem yang mengalir tanpa hambatan.
  • Takemusu Aiki, manifestasi dari Aiki yang bersifat hampir tak terbatas, pada tahap ini, keselarasan dari tiap-tiap komponen telah demikian optimal sehingga dilihat dari sisi manapun, dalam bentuk apapun, kapan saja, interaksi dari tiap-tiap komponen dapat dinilai atau dirasakan sebagai sebuah keselarasan.

Kamae
Dalam hal apapun, bentuk sikap tubuh dapat menunjukkan kondisi mental seseorang, yang dapat dilihat dari postur tubuh orang tersebut. Maka dalam Aikido, diperlukan sebuah sikap yang dilakukan sedemikian rupa sehingga memunculkan kondisi mental yang siaga namun tidak tegang. Kuda-kuda dalam Aikido tidak dilakukan dengan kaku, yang hanya akan membuat setiap gerakan tegang dan tidak mengalir alami. Kuda-kuda harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan menunjang setiap gerakan dalam Aikido. Walau demikian, sikap harus tetap dalam keadaan dimana titik keseimbangan tubuh dalam posisi yang stabil sehingga tidak mudah digoyahkan. Sikap ini adalah ketika seseorang mampu menempatkan berat badan pada posisi terendah dan berkonsentrasi pada satu titik.

Maai
Sebuah pertarungan, secara alamiah akan memerlukan suatu jarak yang sesuai, dimana si penyerang dapat melancarkan serangan dengan efektif, ataupun si pembela diri dapat melakukan pertahanan dengan tepat. Dengan memahami konsep ruang gerak pertarungan yang ada di sekelilingnya (depan, samping, belakang) secara baik, seorang Aikidoka harus mampu mengukur jarak yang tepat bagi dirinya dengan lawan dalam mengaplikasikan setiap waza atau menetralisir setiap serangan yang mungkin ada.

Kuzushi
Suatu serangan tentu akan baik bila si penyerang mampu menjaga keseimbangan tubuhnya dengan baik pula. Sehingga bila posisi tubuh lawan (uke) stabil, maka tentunya teknik Aikido apapun sangat sulit untuk dapat diterapkan. Hal ini mengingat bahwa lawan tidak akan mungkin memberikan dirinya begitu saja untuk dijatuhkan dan dia akan mencari cara untuk melepaskan diri dari teknik apapun apabila ia memang masih mampu untuk melakukan itu. Teknik Aikido hanya akan berhasil diaplikasikan ketika kondisi lawan (uke) tidak bisa menghindar lagi, dengan kata lain ia sudah tidak punya pilihan lain selain menerima teknik yang diterapkan padanya. Situasi seperti ini hanya akan terjadi ketika lawan sudah tidak memiliki kendali atas tubuhnya sendiri. Untuk itulah pentingnya menghilangkan keseimbangannya terlebih dahulu.

Atemi
Secara harafiah, atemi berarti teknik pukulan atau serangan. Dalam Aikido, atemi punya peranan yang penting sebagai penghilang konsentrasi lawan. Aikido tidak menggunakan atemi sebagai alat untuk menghancurkan lawan, karena teknik Aikido tidak diutamakan untuk merusak melainkan hanya sekedar melumpuhkan lawan. Seperti halnya keseimbangan, seorang lawan akan sulit dilumpuhkan saat ia memiliki konsentrasi serangan yang sempurnna. Maka dengan atemi, seorang ahli bela diri akan mencuri kesempatan dibalik kelengahan si penyerang yang mungkin hanya sepersekian detik namun sudah cukup memberinya waktu untuk mengaplikasikan waza Aikido. Atemi tidak mutlak harus berbentuk serangan dimana sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam Aikido, maka atemi dapat berupa teknik apapun yang mampu menggoyahkan kemampuan fisik dan mental lawan.

Shikaku
Secara harafiah shikaku berarti sudut mati. Gelombang serangan yang datang bertubi-tubi tentunya akan sangat sulit untuk diantisipasi bila hanya terfokus pada serangan tersebut. Dengan memasuki sudut mati (blind spot) lawan, maka serangan apapun akan terhenti karena sesaat kita seperti hilang dari jangkauan lawan tersebut. Dalam prinsip ini, seorang Aikidoka harus mampu menempatkan posisi tubuhnya sedemikian rupa sehingga ia berada dalam posisi yang mampu menjangkau lawan, sebaliknya lawan tidak mampu menjangkaunya.

Suki
Suki disini mencakup semua hal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kelemahan lawan bisa muncul kapan dan dimana saja, tergantung kejelian si pembela diri untuk menemukan untuk kemudian memanfaatkannya dengan baik. Suki dapat berupa bagian tubuh lawan yang terbuka tanpa perlindungan, dapat juga kesempatan yang muncul ketika lawan goyah keseimbangannya, atau hilang konsentrasinya. Bila mampu memanfaatkan suki dengan baik, maka waza Aikido akan mampu diterapkan tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.

Riai
Riai berarti memiliki karakter pedang. Harus dipahami bahwa semua serangan yang datang itu laksana pedang, jangan mencoba untuk menahan atau membloknya. Justru seorang pembela diri harus keluar dari garis serang dan mengalirkan serangan yang datang, sehingga ia tidak akan mengalami benturan dengan lawan. Dan harus disadari pula bahwa teknik Aikido dikembangkan dari teknik pedang sehingga dalam mengaplikasikan setiap teknik harus selalu menyadari bahwa Aikidoka sedang memainkan pedang yang direpresentasikan dalam setiap teknik Aikido.

Chusin
Segala sesuatu selalu memiliki garis tengah atau garis pusat sebagai titik pusat tumpuan atau poros keseimbangan. Pada tubuh manusia garis pusat keseimbangan dimulai dari titik seika tanden yang berada kira-kira 3 jari dibawah pusar. Kemudian ditarik garis lurus keatas melalui bagian tengah tubuh hingga berakhir pada ubun-ubun kepala dan dari tanden ditarik garis lurus kearah bawah, sehingga jatuh tepat diantara dua kaki pada posisi shizen tai. Pada saat seseorang berkonsentrasi di garis tengah tersebut, orang tersebut akan merasa lebih seimbang, stabil, dan terfokus. Posisi selanjutnya untuk melatih chusin adalah pada posisi kamae. Pada posisi ini seseorang dapat melihat dan merasakan keberadaan chusin sebagai garis imaginer dalam latihan. Bagi para pemula, wajib untuk mengkonsentrasikan setiap gerakan dan teknik yang mereka lakukan pada chusin. Fokuskan tubuh, tangan, pinggang, dan juga kaki dalam satu garis lurus. Bergeraklah secara simultan.
Chusin juga berfungsi sebagai garis penghubung antara seseorang dengan lawannya, bagaikan jembatan yang menghubungkan 2 daratan yang terpisah. Chusin dapat menghubungkan Ki uke dengan nage (tori) dalam sebuah garis lurus. Apabila Ki nage telah menjadi sebuah garis lurus dengan uke, maka dengan sendirinya uke akan kehilangan garis keseimbangannya dan akan terikat dengan garis keseimbangan nage. Maka dengan demikian, nage dapat mengendalikan uke dengan ringan dan mudah, tanpa mengalami konflik.
Bersamaan dengan lamanya waktu seseorang berlatih, maka chusin akan bertransformasi menjadi sebuah garis energi yang lambat laun akan melebur dengan gerakan orang tersebut secara alami. Pada saat itu, kemanapun seseorang mengarahkan pikirannya dan kemanapun tubuh bergerak, maka disanalah chusin berada. Seseorang tidak lagi bergerak mengikuti garis tengah, tetapi garis tengahlah yang mengikuti gerakan orang tersebut. Setelah mencapai level ini, maka tidak lagi terikat dengan gerakan baku. Bergeraklah secara bebas dan natural, karena lawan telah menjadi satu bagian.

Enshin
Hakikat dari teknik dalam Aiki adalah sebuah lingkaran yang sempurna, tidak terputus ataupun terpatahkan. Bagaikan air yang mengalir tanpa gangguan atau seperti ritme nafas kehidupan yang terus berhembus hingga akhir waktu.
Gambaran esensi teknik Aiki adalah seperti sebuah pusaran yang berbentuk spiral, dimulai dari sebuah lingkaran yang sangat besar dan kemudian mengecil, mengecil, mengecil, sehingga menjadi sebuah titik. Pusaran tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan terus berputar sehingga titik tersebut lenyap dan tidak terlihat oleh mata. Sebagian orang akan menyangka dengan hilangnya titik tersebut, maka hilanglah pula pusaran tersebut. Tetapi pada hakikatnya pusaran itu terus berputar, walaupun mata tidak mampu lagi melihatnya.
Demikianlah teknik-teknik Aiki bekerja. Pada level awal, selalu diawali dengan lingkaran-lingkaran yang besar sehingga dengan kasat mata orang dapat melihat dan mengikutinya dengan jelas dengan demikian seseorang dapat mempelajari bentuk-bentuk teknik dengan mudah. Sejalan dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam memahami kebijaksanaan Aiki, maka secara alamiah lingkaran-lingkaran tersebut akan mengecil dan terus mengecil sehingga tidak dapat tertangkap oleh mata orang yang tidak terlatih. Pada tingkatan tersebut, teknik akan sulit sekali dipahami bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang Aiki. Maka pada tingkatan ini seseorang praktisi akan lebih memfokuskan latihannya dalam bentuk pengalaman tubuh secara langsung dengan merasakan keadaan yang disebut dengan kondisi Aiki. Latihan seperti ini disebut taitoku, learn through experience. Akhirnya pada tingkatan yang lebih lanjut, seseorang dapat saja tidak lagi perlu melakukan kontak secara fisik dengan lawannya untuk melakukan sebuah teknik. Hal ini disebabkan karena energi gerak fisikal yang bersandar pada sifat kedirian seseorang telah berubah menjadi energi universal yang menyatu secara keseluruhan dengan apapun yang ada disekelilingnya dan mengikatnya sejak awal. Nilai yang disebut lingkaran kecil tanpa garis dalam dan lingkaran besar tanpa garis luar.
Dalam sebuah hukum tentang Aiki, dijelaskan pula bahwa pada saat pusaran energi materi membesar, maka besaran energi imateri akan mengecil. Begitupun sebaliknya, jika energi imateri membesar, maka energi materi mengecil. Bila mana seseorang telah memahami ini, maka orang tersebut telah memahami prinsip enshin dalam Aiki.

Su Chu
Setiap kali melakukan teknik apapun, fokus pikiran sangatlah penting. Dalam penerapan teknik, fokuskan terlebih dahulu pikiran. Berpikirlah lurus sebelum melakukan gerakan lurus. Berpikirlah tentang putaran sebelum bergerak memutar. Jadikan pikiran sebagai pemimpin dan penyatu kekuatan, untuk mengkoordinasikan tubuh dan pikiran hingga sampai pada apa yang disebut, Ken Zen Ichi Nyo.

Kokyu
Menggunakan kokyu (pernapasan) sangatlah penting untuk menentukan momentum yang tepat untuk mengaplikasikan teknik. Dalam Aikido, kokyu dihubungkan dengan In-Yo, Yin-Yang di China. Didasari oleh dua macam kontraksi pernapasan, yaitu menghirup (inhale) disimbolkan dengan In atau Yin dan menghembuskan (exhale) Yo atau Yang. Ketika seseorang bersiap melakukan suatu gerakan, biasanya ia akan mengawalinya dengan menarik napas In untuk mengumpulkan tenaga dan bila melakukan diiringi dengan hembusan napas Yo. Berdasarkan prinsip ini, momentum terbaik untuk mengaplikasikan teknik adalah ketika lawan masih dalam posisi In. Bila diterapkan teknik pada keadaan ini, maka napas lawan akan tersentak balik dan napasnya terpotong. Dalam situasi ini teknik akan mudah diaplikasikan pada lawan.

Awase dan Musubi
Awase dan musubi merujuk pada sebuah hal yang sama, yakni upaya untuk melakukan penyelarasan. Setiap teknik harus dilakukan secara mengalir. Penerapan secara terpatah-patah akan memunculkan banyak kesempatan untuk meloloskan diri dari setiap teknik dan menjadikan teknik tidak akan efektif karena aliran tenaga yang terhambat. Bila teknik dilakukan secara mengalir, akan mampu membuat lawan tersedot ke dalam pusaran yang dibuat oleh si pembela diri, bagaikan sebuah angin tornado yang mampu melarutkan dan menyatukan benda apapun (berpadu) yang ada didalamnya. Dalam Aikido, kemampuan si pembela diri untuk berpadu dengan lawan dikarenakan kemampuannya untuk merasakan kondisi lawan, energi, emosi, keinginan, dan lain sebagainya. Bagaikan dua utas tali yang disatukan, musubi (simpul tali), maka ketika ujung satu ditarik maka ujung lain akan mengikuti. Demikian pula pada setiap penerapan waza Aikido, saat lawan ingin bergerak ke suatu arah, maka si pembela diri akan menyesuaikan dengan situasi itu. Saat si penyerang ingin melakukan suatu gerakan, kembali si pembela diri mengadaptasikan diri dengan respon teknik yang sesuai. Dalam hal ini, si pembela diri tidak boleh menentang arus yang dibuat oleh si penyerang, karena itu akan menguras tenaga lebih banyak tenaga.

Zanshin
Satu hal yang tampak kecil namun sering terlupakan adalah kewaspadaan yang harus dilakukan setiap saat, baik saat menghadapi serangan lawan ataupun ketika serangan itu sudah dapat dilumpuhkan. Satu hal yang sangat harus diperhatikan, bahwa ketika serangan lawan berhasil dilumpuhkan, bukan berarti bahaya sudah lewat. Justru kewaspadaan harus lebih ditingkatkan, karena kelengahan dapat menyebabkan lawan yang tampaknya sudah tidak berdaya memiliki kesempatan kedua untuk menyerang kembali. Dalam keadaan dimana terjadi penyerangan dilakukan lebih dari seorang, zanshin dilakukan dengan cara berkonsentrasi pada penyerang lainnya khususnya yang berada di area yang tak terlihat mata dengan tidak mengurangi fokus pada lawan yang telah dijatuhkan.